Sidang Skripsi vs Nikah

 


Dua kata yang berbeda, 'nikah' dan 'sidang skripsi'. Bagiku, dua istilah itu memiliki kesamaan dan perbedaan. Walaupun, banyak yang tidak mendapat korelasi antara keduanya, dan akhirnya yang di dapatkan hanyalah perbedaan antaranya.

Nikah adalah proses menuju kehidupan yang berbeda -- dari kehidupan melajang, menuju kehidupan bersama pasangan. Ada visi-misi yang digabungkan, sehingga untuk menjalannya harus lah bekerja sama. Ketika memutuskan untuk menikah, visi-misi itu harus dipersiapkan lebih dahulu. Supaya, kelak kita mengetahui tujuan dari pernikahan dan cara menggapainya.

Sedangkan sidang skripsi adalah suatu gerbang menuju kehidupan lainnya juga. Dari status mahasiswa (menerima dana gratis dari orang tua) menuju status mandiri (harus memikirkan cara mencari dana sendiri). Sebelum melangkah untuk melakukan sidang, seseorang harus berpikir matang apa yang harus dilakukannya ketika lulus nanti. Tidak bisa hanya sekedar lewat gerbang, lalu ya sudahlah.

Keduanya memiliki persamaan yang dekat bukan? Sidang skripsi dengan menikah sama-sama menakutkan. Sama-sama buram. Semuanya perlu persiapan sebelum melangkah ke jenjang itu. 

Menurutku juga begitu, antara nikah dan sidang skripsi itu sama. Aku sangat ingin sidang skripsi, selain karena iri melihat teman-temanku yang sudah memiliki jadwal skripsi, juga aku ingin sekali cepat lulus. Tapi, ya balik ke sana lagi, aku masih sangat takut dengan kehidupan yang akan kujalani setelah sidang. Aku takut menjadi pengangguran, tidak mendapat pekerjaan, dan terluntang lantung.

Menikah juga begitu. Aku ingin menikah. Ingin memiliki teman untuk berbagai cerita hidup, berbagi kisah, berbagi beban. Tapi, aku masih belum siap dengan kehidupan setelah menikah. Tidak siap jika ternyata aku tidak bisa menjadi istri yang baik, tidak siap mendapat suami yang tidak baik, tidak siap jika memiliki anak yang tidak sesuai harapan. 

Terkaan-terkaan itu muncul menghantui, menyebabkan kedua hal yang sangat kuinginkan itu malah membuatku takut. Aku harus apa? tetap jalan terus, atau belok saja mencari jalan pintas lain? tapi, memangnya ada jalan pintas lain? haduuuh.




Sumber gambar di sini.



Posting Komentar

0 Komentar