Ingin Dihargai Itu Wajar

 




Tahu gak sih? Kita sering kali ingin dihargai, tapi susah menghargai orang. Ya, memang tak semua orang seperti ini. Namun, kebanyakan dari kita bersifat seperti ini. Haha, aku ingin menceritakan kisahku tentang saling menghargai. Aku sudah berkali-kali mencoba untuk berdiri di semua sudut pandang, tapi tetap saja aku tak menemukan titik terang.

Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya. Aku adalah seorang mahasiswa rantau dan tinggal di asrama daerah. Dikhayal aja asal daerahku, pokoknya masih Indonesia-lah. Di Asramaku itu melestarikan yang namanya sanggar tari. Nah, setiap yang masuk asrama dia wajib ikut sanggar tari selama dua tahun. Berhubung aku sudah lebih dari dua tahun tinggal di asrama dan sudah lulus dari sanggar tari, aku tidak ikut latihan lagi.

Bulan ini para anggota sanggar sedang mendapatkan job untuk tampil di sebuah acara. Ga tau deh dengan Indonesia ini ... lagi Corona gini masih aja buat acara offline. Trus covid naik lagi, marah ke pemerintah. Gitu aja terus.

Lanjut lagi ... jadi, malam itu adalah jadwal latihan nari. Oh ya, biasanya anggota sanggar bakal latihan di gedung serbaguna asrama atau ke kampus terdekat kalau gedung serbaguna lagi dipakai. Malam itu ... mereka latihan nari di dalam asrama..... di dalam asrama gaes .... di dalam asrama ... Bisa dibayangkan ga? mereka latihan nari di dalam asrama. 

Berkali-kali aku pikir ulang, tetap aja ga ada hal yang masuk ke akalku. Coba dibayangkan, ada ga sih orang yang latihan nari di dalam rumah tempat tinggal? Ga ada, pasti ada ruangan khusus. Dan posisinya itu, cuma aku sendiri yang ga latihan nari. Mungkin karena cuma aku kali ya. 

Badmood langsung menyerang karena gerakan tarian mereka. Lantai keramik begetar cuy. Memang persis mereka latihan di samping pintu kamarku; di ruang TV. Aku sedang menyiapkan bahan untuk bimbingan skripsi besok. Tahu lah kan, skripsiku itu ada programming gitu lah. Kalau ga ada hasil, tak ada yang bisa dilaporkan. Malam itu aku benar-benar kesal. Gara-gara tarian sialan itu, aku tak bisa berpikir sama sekali. Setan.

Yang membuatku semakin marah adalah karena ada salah satu dari mereka berteriak "Kak, maaf ya! Iya, ga apa-apa," jawabnya sendiri. Tahu ga apa yang langsung ternging-ngiang dipikiranku?

"Ah, cuma dia pun. Ga apa-apa. Lagian ga bakalan marah." Kata-kata ini sering kali terbesit di kepala ketika aku memikirkan ini lagi dan lagi. Sakit banget cuy... berasa direndahkan. Padahal, selama ini aku selalu berusaha berbuat baik dan menghargai orang lain... Karena kita hidup di asrama kan hidup bersama-sama, bukan sendirian. Tapi, apa ini? Aku tak dianggap haha.

Badmood + ga bisa mikir buat nulis bimbingan skripsi esok hari + memikirkan alasan kenapa mereka tega latihan nari dan menggangguku (Yang terpikir cuma, "Ah, cuma dia pun gapapa") Seumur aku hidup di asrama ini, belum pernah ada sejarang orang latihan nari di dalam rumah. Rumah itu tempat istirahat... tempat menenangkan diri dari hiruk pikuk setelah lelah seharian. Lagi-lagi hanya itu alasan yang kutemukan di kepalaku "Ah, cuma dia pun."

Bahkan, ketika para anggota asrama menggunakan ruang tamu yang berada di depan asrama dan tentu saja dari ruang tamu itu, meski ketawa terbahak-bahak, ruang itu lumayan kedap suara, mereka pasti meminta izin kepada seluruh anggota asrama... Kenapa saat mereka latihan tari di DALAM RUMAH, mereka tak ingat untuk meminta izin kepadaku yang tentu saja adalah penghuni asrama.  Lagi-lagi hanya itu alasan yang kutemukan di kepalaku "Ah, cuma dia pun."

FYI, bukan hanya aku yang tidak ikut sanggar tari lagi. Namun, teman-temanku yang lain sudah pulang. Dan seorang temanku tinggal di kamar belakang yang tentu saja tak mendengar jelas suara anak-anak ini menari. Hanya aku yang gigit-gigit gigi menahan kesal. Bukan lah diriku yang akan blak-blakan dan menyindiri mereka secara langsung. Tapi, masa sih orang normal ga tau kalau perbuatan itu mengganggu? Lagian, mana ada manusia berhati berani latihan tari di dalam ruamh dan mengusik orang?

Aku berusaha mengingat ulang, apa kesalahan-kesalahan yang mungkin pernah aku perbuat ke anak-anak itu. Namun, serius... aku ga nemu. Bukan memuji diri sendiri, tapi beneran ga nemu kesalahan besar. Aku selalu memaafkan dan menghargai siapapun. Mereka karaoke tengah malam, aku ga marah. Mereka buat salah, aku ingetin secara pribadi. Apa salahku? Kenapa mereka tega sekali melakukan ini kepadaku?

Sumpah, gara-gara itu ... aku memiliki hubungan buruk dengan mereka. Sebenarnya paginya aku sudah mencoba berbicara, tapi tetep aja siangnya badmood-ku kembali lagi. Besoknya aku sudah berbicara seperti biasa sama mereka karena ada rapat yang memaksaku keluar dari kamar, tapi tetap aja besok paginya lagi badmood-ku lagi-lagi membuatku muak dan mual dengan mereka. 

Aku bahkan memberikan parsel yang diberikan oleh salah satu dari mereka ke orang lain. Sumpah, baru kali ini aku tak menghargai pemberian orang. Biasanya, walaupun dia memberi sesuatu yang tak enak, aku pasti makan. Karena aku sangat menghargai orang. Prinsip hidupku selama ini adalah aku melakukan sesuatu yang aku yakini aku ingin orang lain juga melakukan itu terhadapku.

Sekarang persetan dengan prinsip itu ... persetan dengan baik untuk orang-orang. Persetan dengan semua.... sudah seminggu tapi rasa kesalku masih sangat melekat. Bukan marah, aku hanya kesal, muak, dan mual ketika mengingat kejadian itu, ketika mendengar suara mereka. Oleh karena itu, belakangan aku sering ke kampus untuk menghilangkan stres.

Aku memang pendendam yang handal. Apa aku salah? Apa aku berlebihan? Entahlah, persetan dengan pikiran orang-orang. Selama ini aku selalu memikirkan pikiran orang, tapi aku benar-benar muak sekarang.






Sumber gambar di sini

Posting Komentar

0 Komentar