BEBAN KELUARGA

Ada nggak sih di antara kalian yang bangga banget nulis di media sosial kalau kalian tuh beban keluarga? Kayak, ya... "Nih lihat semuanya, aku beban keluarga." 



    Awalnya aku nggak merasa sama sekali dengan julukan beban keuarga. Ya, karena aku merasa aku udah berusaha, aku udah belajar, aku udah mengharumkan nama keluarga. Aku kuliah di UGM dan baru saja lulus cumlaude. Setidaknya itu yang kupikirkan sampai sebulan yang lalu.

    Tadi malam tiba-tiba aku terbangun dari tidur, karena nggak bisa tidur lagi kuputuskan untuk membuka Tiktok. Dan kalian tahu apa? Dari awal aku buka itu aplikasi yang muncul di berandaku hanya tentang beban keluarga, quarter life crisis, pokoknya seputaran itu. 

    Sampai aku berhenti menggulirkan jempol di sebuah video seorang pendakwah muda. Di situ dia juga membahas beban keluarga. Kata-katanya benar-benar menohok sampai ke ubun-ubun. "Kalian yang cuma rebahan di kamar, nggak ngapa-ngapain itu cuma beban keluarga. Jangan bangga menjadi beban. KALIAN SAMPAH MASYARAKAT." 

    Kayak ... Ya Allah. Aku overthingking sampai sekarang. Tiba-tiba air mataku jatuh, waktu salat nangis. Ternyata aku selama ini beban keluarga. Meskipun tiap kutanya sama Bundaku, "Bunda, aku beban buat Bunda ya? Aku cuma ngabisin uang." Jawabannya selalu, "Ya, uang dicari kan buat dihabiskan. Mana mungkin anak jadi beban." 

    Ini adalah overthingking terparah selama hidupku. 

    Aku ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang Master. Benar-benar ingin. Alasannya ya karena aku memang hobi belajar, aku hobi mndapatkan ilmu baru. Karena itu aku punya banyak sekali koleksi buku di rumah, aku suka membaca dan aku juga seorang penulis. Setidaknya itulah claimed atas diriku sendiri.

    Namun, saat ini aku merasa bahasa Inggrisku di bawah rata-rata. Really worst. Aku mencoba belajar, tapi ini memang salahku. Aku tidak mendorong diriku lebih jauh dan memilih untuk malas-malasan. Semuanya salahku. Aku si pemalas, aku si beban keluarga, aku yang nggak bisa apa-apa.

    Aku malu, Ya Allah. Aku benar-benar malu sekarang. Tidak tahu harus melakukan apa dengan hidup. Aku harus apa, Ya Allah?

    Sebenarnya aku tahu jawabannya. Hanya perlu sedikit usaha tiap harinya. Kamu hanya perlu berusaha dan mendorong dirimu sedikit, Fey. Ya. Tapi, itu benar-benar terasa sulit. Aku merasa seakan sedang tersesat. Hilang arah. Aku benar-benar beban keluarga. Aku malu.


sumber gambar: Pinterest.


Posting Komentar

0 Komentar