Mimpi Saja Sudah Seram, Apalagi Kejadian Nyata?

 

freepik.com/pch.victor


Kejadian yang terjadi di Palestina adalah sebuah hal yang sangat membuatku sedih dan marah. Sakit sekali hati ini melihat saudara-saudaraku mengalami pembantaian yang amat keji dan tak berperikemanusiaan. Lebih sakit lagi melihat pemimpin-pemimpin yang bungkam, padahal rakyatnya sudah bergejolak membela saudara-saudarku di Palestina.

Setiap hari tanpa libur aku selalu membaca dan mencari tahu perkembangan kasus Palestina. Saking seringnya aku melihat kejadian brutal itu, aku sampai terbawa mimpi. Sebuah mimpi yang sangat mengerikan dan sepertinya tak akan sanggup aku hadapi di dunia nyata. 

Dan betapa lucunya, bahwa mimpiku itu adalah tangkapan layar yang aku bawa ke alam bawah sadar dari video-video Palestina di media sosial. Ini kisahku.

Mimpi yang Sangat Mengerikan

freepik.com/stockgiu

Saat itu aku sedang berada di rumahku. Oh, ya sebelumnya aku ingin memperkenalkan tokohku di dalam mimpi. Aku adalah salah satu pejuang di daerah itu. Satu lagi temanku cowok, dia lebih tua dariku. Aku lupa namanya, tapi mari kita sebut dia Eyman.

Sebelumnya aku berjuang di daerah lain, dan aku baru pulang ke kampung halamanku setelah sekian lama. Aku juga tidak terlalu kenal dengan Eyman. Yang aku tahu bahwa dia adalah pejuang yang sama denganku karena aku sempat melihat tanda pengenalnya yang hanya kami para pejuang yang tahu.

Saat kembali ke kampung halaman, tidak ada yang tahu jati diriku yang sebenarnya, termasuk keluargaku. Karena jika ketahuan, aku akan langsung dibunuh mati oleh pemimpin desa ini.

Selain di dunia nyata, aku sering kali berjuang di dunia maya. Aku menyebar kebenaran betapa kejamnya penjajah di negeriku yang selalu menindas kami. Namun, tidak pernah sekalipun aku menggunakan nama asliku di sosial media. Tak heran jika tidak ada yang mengenaliku.

Namun, karena pada dasarnya aku adalah orang yang tidak bisa diam saat melihat ketidakadilan, aku selalu saja terlibat dengan tentara penjajah saat mereka sedang menyakiti warga desaku. Tentu saja terkadang aku melawan atau pun mencaci maki mereka.

Hal itulah yang menyebabkan aku selalu kena hukum. Hukuman yang aku peroleh cukup kecil, yaitu setiap kali melanggar badanku akan disayat sebuah mantra yang bentuknya seperti huruf kanji menggunakan silet. 

Sakit? Tentu saja sakit. Tapi, tidak semenyakitkan melihat wargaku yang lain yang dianiaya, diperkosa, sampai dibunuh oleh para tentara biadab itu tanpa alasan yang jelas.

freepik.com/frimufilms

Beberapa hari setelah kepulanganku, aku semakin dekat dengan Eyman. Karena sudah mengetahui identitas masing, kami sering mengatur strategi untuk melenyapkan tentara yang sedang berjaga sendirian secara diam-diam. Kami juga membuat rencana untuk membebaskan tahanan yang tengah dibawa oleh mobil pick-up mereka di tengah jalan.

Hari itu entah kenapa tiba-tiba saja ada pemeriksaan barang-barang pribadi oleh tentara penjajah. Saat giliranku tiba, aku tersentak kaget karena teringat dengan selembar kertas yang diberikan Eyman tentang strategi yang akan kami lakukan nanti malam.

Namun, semua kekhawatiranku sia-sia. Mereka hanya meraba-raba tubuhku tanpa memeriksa isi kantong. Karena itu hanya selembar kertas, tentu bentuknya tidak menonjol sama sekali.

*** 

freepik.com/kjpargeter


Malam harinya aku sudah siap dengan pakaian pejuangku. Wajahku sudah tertutup semua dan semua peralatan tempur sudah siap kubawa. 

Namun, saat aku menyelinap ke rumah Eyman, aku tidak mendapati pria itu. Ke mana pun sudah kucari, tapi jejaknya tidak ada. Aku sangat khawatir. Jantungku berdegup kencang. Perasaan kehilangan ini seringkali kurasakan karena penjajahan ini. Hampir semua teman-teman dan orang yang kusayangi hilang dan syhaid di tangan tenttara penjajah.

Aku tidak bisa melakukan misi seorang diri. Akhirnya strategi yang telah kami rancang tidak digunakan sama sekali. Aku menunggu kepulangan Eyman dari hari ke hari. Tapi, hari penantian tak kunjung datang.

Penjajah itu semakin brutal. Kini badanku sudah penuh dengan irisan silet karena sering memberontak. Untung saja aku tidak dipenjara. Berada di sel tahanan selama dua tahun sudah membuatku trauma dan berharap tidak akan kembali lagi. 

Meski begitu, aku tidak akan tinggal diam dan akan menyuarakan keadilan. 

Mimpiku terputus karena panggilan mamiku untuk salat. Padahal aku berharap bisa bertemu dengan Eyman lagi. Lelaki itu sudah menjadi teman yang sangat dekat denganku. Aku merindukannya.

Meski hanya mimpi, tapi menurutku kejadian kelam itu sangat perih dan menakutkan. Maksudnya, di alam mimpi saja sudah terasa seperti itu, apalagi mereka rakyat Palestina yang merasakannya secara langsung. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan kepedihan yang mereka alami.

Aku bersama Palesina dan akan selalu berdiri bersama mereka. 






Posting Komentar

0 Komentar