Maling di Rumah Sendiri


Malam yang sangat gelap pertanda bahwa segala aktivitas seharusnya berhenti dan waktunya untuk berisirahat. kecuali untuk beberapa aktivitas khusus, seperti : ehm..... (anu ini tidak seperti yang kalian pikirkan). Seperti petugas pos ronda dan ya tentu saja ada orang yang ngeronda karena ada maling. Malam itu tidak seperti biasanya, terasa sunyi dan sepi. Desa Sukajaya adalah sebuah desa yang menerapkan ronda bergilir. Setiap hari akan ada warga yang berjaga secara bergantian demi keamanan desa. Tidak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini ramai terjadi kasus barang hilang. Beberapa rumah telah terjamah oleh maling katanya.

Kebetulan masyarakat Desa Sukajaya sedang berada dalam kondisi berduka, salah satu warga yang bernama Pak Iin Syakirin telah meninggal dunia dua hari yang lalu. Ini masih hari ketiga dan rumah duka masih mengadakan acara tahlilan hingga tujuh hari lamanya. memang sudah adat di Desa tersebut untuk mengadakan acara tahlilan dimana sang keluarga yang ditinggal akan menjamu tamu dengan menghidangkan makanan ala kadarnya. Mereka menganggap bahwa selama tujuh hari itu, sang arwah masih belum meninggalkan kediamannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, semua tamu di rumah almarhum Pak Iin sudah pada pulang. Kini rumah tersebut terlihat sepi dan tenang, sepertinya penghuni rumah tersebut sudah beristirahat. Namun, ada seseorang yang tidak diketahui identitasnya tiba-tiba saja datang ke Desa tersebut dan berhenti di depan pintu rumah Pak Ilham. Pak Ilham adalah pria berusia sekitar 30 tahunan dan hidup sendiri semenjak istrinya lebih memilih pria lain daripadanya. 

"Agus, lihat tuh ada orang aneh didepan rumah Pak Ilham." Pak Bonar yang melihat gelagat orang aneh yang mengenakan jaket hitam sedang mencoba mencungkil jendela rumah itu. Pria tersebut juga mengenakan asker, sehingga wajahnya tidak dapat dikenali.

"Eh iya Pak, siapa itu? gelagatnya terlihat mencurigakan. Min, bangun Min kita harus melaksanakan tugas kita sebagai petugas ronda." Agus mengiyakan perkataan Pak Bonar sambil membangunkan Sukimin yang sedang molor.

Orang asing itu terlihat mencurigakan ketika ia berhasil membuka salah satu jendela rumah itu dan menganggat salah satu kakinya untuk masuk. Spontan ketiga peronda itu lari ingin memergoki maling di depan rumah Pak Ilham sambil memukul pentungan dan berteriak.

Maliiiiiiiiiiing... Maliiiiiing !!!

Tidak hanya satu, beberapa warga terbangun mendengar bunyi pentungan dan bergegas keluar. Para peroda tersebut langsung memukul maling tersebut tanpa ampun, begitu juga dengan warga yang segera berlari untuk ikut terlibat menangkap maling tersebut.

Namun kegiatan pukul memukul maling secara membabi buta itu terhenti ketika Pak RT datang.

"Tenaaaaaaaang, kita tidak boleh main hakim sendiri. Sebaiknya maling ini kita serahkan ke pihak yang berwajib." Tegas Pak RT yang berumur paruh baya tersebut dengan bijaksana.

Tiba-tiba saja si maling membuka maskernya dan berujar. " Saya Ilham!!! kenapa saya dipukul? saya cuma ingin masuk kerumah saya sendiri." Maling yang ternyata adalah Pak Ilham dan pemilik rumah itu sudah terlanjur babak belur.

"Lha... kok bisa Pak ilham? berarti kita salah pukul orang Pak." Ujar Sarimin sambil membetulkan sarung yang dikalungkan dipundaknya.

"Kalian ini, sudah main hakim sendiri, salah orang pula. Tapi Pak ilham kenapa bisa masuk lewat jendela? orang-orang curiga karena bapak mencungkil jendela rumah ini." Sambung Pak RT dan bertanya tentang duduk permaslahannya.

"Saya kehilangan kunci rumah saya Pak, makanya saya coba masuk lewat jendela." Jelas Pak Ilham tentang cerita yang sebenarnya.

"Nah, sekarang semuanya sudah dengar kan? Sudah... sudah, bubar semuanya. Biar saya dan penjaga ronda yang membantu Pak Ilham." Perintah Pak RT untuk membubarkan warga yang salah pukul tersebut.

Akhirnya semua warga kembali kerumah masing-masing setelah meminta maaf sebesar-besarnya atas tindakan salah hakim tersebut. Pak Bonar juga sangat menyesal karena dialah yang pertama mengira bahwa Pak Ilham adalah maling. Maling dirumah sendiri ha ha. Ya nasi sudha menjadi bubur, sekujur badan dan muka sudah bonyok. Apa mau dikata lagi? hanya pasrah dan menerima kenyatan yang bisa dilakukan oleh Pak Ilham karena dianggap maling dirumah sendiri. Apes, apees.



Sumber gambar di sini. 



Posting Komentar

0 Komentar